Sebagai anggota PRAMUKA tentu saja harus memiliki postur yang bagus karena akan mempengaruhi Kharisma dan Ke Wibawaan , salah satu cara membentuk postur tubuh adalah dengan latihan baris berbaris , karena pada latihan baris berbaris postur kita di wajibkan untuk tegak dan tidak membungkuk . dan baris berbaris pun ada tata cara nya yang bisa membentuk keindahan barisan. berikut adalah tata cara baris berbaris
PENGERTIAN
Baris-berbaris adalah suatu wujud
latihan fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan dalam tatacara
kehidupan pandu yang diarahkan pada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
MAKSUD DAN TUJUAN
Untuk menumbuhkan sikap jasmani yang
tegap dan tangkas, rasa persatuan dan disiplin sehingga selalu dapat
mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan pribadi disamping juga menanamkan rasa tanggung
jawab.
ABA-ABA
Pengertian
Aba-aba adalah perintah yang diberikan
oleh seorang pelatih/komandan kepada pasukan untuk dilaksanakan secara serentak
atau berturut-turut.
Aba-aba terdiri dari 3 bagian dengan
urutan:
- aba-aba
petunjuk
- aba-aba
peringatan
- aba-aba
pelaksanaan
Aba-aba petunjuk digunakan hanya jika
perlu saja, untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan/pelaksanaan.
Contoh:
1)
Untuk perhatian, istirahat ditempat … GERAK
2)
Untuk istirahat, bubar … JALAN
3)
Jika
aba-aba ditujukan khusus terhadap salahsatu bagian dari seluruh pasukan: Regu 2, siap … GERAK
4)
Sebagai
pengetahuan –didalam upacara, aba-aba petunjuk pada penyampaian penghormatan
terhadap seseorang cukup menyebutkan jabatan orang yang diberi hormat itu saja tanpa menyebutkan eselon satuan yang
lebih tinggi.
Contoh: Kepada
Kepala Staf Angkatan Darat, hormat … GERAK
Aba-aba peringatan adalah inti perintah
yang cukup jelas, untuk dapat dilaksanaklan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
1)
Lencang
kanan … GERAK
2)
Istirahat
di tempat … GERAK
Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan
mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara
serentak atau berturut-turut.
Aba-aba pelaksanakan yang digunakan
adalah
a)
GERAK
Adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan
tempat yang menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang menggunakan anggota tubuh
lain, baik dalam keadaan jalan maupun berhenti.
Contoh:
1)
Jalan
ditempat … GERAK
2)
Siap …
GERAK
3)
Hadap kanan
… GERAK
4)
Hormat
kanan … GERAK
5)
Pundak kiri
senjata … GERAK (sedang berjalan dari sandang senjata)
6)
Hormat …
GERAK
b)
JALAN
Adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan
dengan meninggalkan tempat.
Contoh:
1)
Haluan
kanan/kiri … JALAN
2)
Dua langkah
ke depan … JALAN
3)
Tiga
langkah ke kanan … JALAN
4)
Satu
langkah ke belakang … JALAN
Catatan:
Bila gerakan meninggalkan tempat tersebut tidak
dibatasi jaraknya, maka aba-aba pelaksanaan harus didahului dengan aba-aba
peringatan: Maju …
Contoh:
1)
Maju …
JALAN
2)
Haluan
kanan/kiri maju … JALAN
3)
Hadap kanan/kiri
maju … JALAN
4)
Melintang
kanan/kiri maju … JALAN
c)
MULAI
Adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah
yang harus dikerjakan berturut-turut.
Contoh:
1)
Hitung …
MULAI
2)
Berbanjar/bersaf
kumpul … MULAI
Cara memberi aba-aba:
a.
Pada waktu
memberi aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya harus berdiri dalam sikap
sempurna dan menghadap pasukan.
b.
Apabila
aba-aba yang diberikan itu berlaku pula untuk si pemberi aba-aba, maka pada
saat memberi aba-aba tidak menghadap pasukan.
Contoh:
Saat Komandan Upacara (Dan Up) mengistirahatkan
pasukan untuk menerima amanat dari Inspektur Upacara (Irup): Untuk amanat,
istirahat ditempat … GERAK
c.
Dalam
rangka menyiapkan pasukan pada saat Irup memasuki lapangan upacara dan setelah
amanat Irup selesai , Dan Up tidak menghadap pasukan.
d.
Pada taraf
permulaan latihan , aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang sedang bergerak
(berjalan/berlari), aba-aba pelaksanaannya harus selalu bertepatan dengan
jatuhnya salahsatu kaki tertentu yang pelaksanaan geraknya dilakukan dengan
tambahan : satu langkah pada waktu berjalan atau tiga langkah pada waktu
berlari.
Pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat
diberikan bertepatan dengan jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan
gerakannya dilakukan dengan tambahan dua langkah pada waktu berjalan atau empat langkah pada
waktu berlari, kemudian berhenti atau maju
dengan mengubah bentuk dan arah pada pasukan.
e.
Semua
aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas dan bersemangat
f.
Pemberian
aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan dan pelaksanaan,
pengucapannya tidak diberi nada.
g.
Pemberian
aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama dan terakhir. Nada
suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut besar kecilnya pasukan.
Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan
deengan cara yang di“hentakkan”.
h.
Waktu
antara aba-aba peringatan dengan aba-aba pelaksanaan diperpanjang sesuai dengan
besar kecilnya pasukan dan atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi perhatian). Dilarang memberikan
keterangan-keterangan lain di sela-sela aba-aba pelaksanaan.
i.
Bila ada
suatu bagian aba-aba yang diperlukan pembetulan, maka dikeluarkan perintah
“ulangi”.
Contoh:
Dua langkah ke kanan … Ulangi … Satu langkah ke
kanan … JALAN
j.
Gerakan
yang tidak termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan pula, dapat diberikan
petunjuk-petunjuk dengan suara yang nyaring, tegas dan bersemangat.
Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, misal:
MAJU, IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS.
CARA MELATIH BERHIMPUN
Bila seorang pelatih/komandan ingin
mengumpulkan anggota pasukannya secara bebas, maka ia memberikan aba-aba:
Berhimpun … MULAI. Semua anggota datang di depan pemberi aba-aba dengan berdiri
bebas dengan jarak tiga langkah.
Pelaksanaan
a)
Pada waktu
aba-aba peringatan, seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan menghadap
kepada yang memberi aba-aba.
b)
Pada
aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap untuk lari selanjutnya lari
menuju di depan pemberi aba-aba dengan jarak tiga langkah..
c)
Pada waktu
datang di depan pemberi aba-aba mengambil sikap sempurna kemudian mengambil
sikap istirahat.
d)
Setelah
aba-aba “SELESAI”, seluiruh anggota mengambil sikap sempurna, balik kanan dan
selanjutnya menuju tempat masing-masing.
e)
Pada saat
datang didepan pemberi aba-aba serta kembalinya, tidak menyampaikan
penghormatan.
f)
Bila
bersenjata, pada aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap
sempurna dan pada saat aba-aba pelaksanaan
terlebih dahulu melakukan depan senjata selanjutnya lari menuju ke depan
pemberi aba-aba.
CARA MELATIH
BERKUMPUL
Pada dasarnya berkumpul selalu dilakukan
dengan bersaf, kecuali jika keadaan ruang tidak memungkinkan.
Aba-aba: “Bersaf, kumpul … MULAI!”
Pelaksanaan:
a)
Komandan/pelatih
menunjuk seorang anggota unttuk berdiri kurang lebih 4 langkah didepannya,
sebagai penjuru. Perintahnya sebagai berikut, misal: “Thalib ‘Izzuddin sebagai
penjuru!” (Thalib = panggilan untuk anggota Pandu SIT putera, bernama
‘Izzuddin).
b)
Anggota
yang ditunjuk sebagai penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh
kepada pemberi perintah, selanjutnya mengulangi perintah sbb: “Siap, Thalib
“Izzuddin sebagai penjuru”.
c)
Penjuru
mengambil sikap untuk berlari kemudian berlari menuju pemberi perintah. Apabila
bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian berlari menuju pemberi
perintah, langsung pundak kiri senjata.
d)
Pada waktu
aba-aba bersaf/ berbanjar kumpul, maka seluruh anggota lainnya mengambil sikap
sempurna dan menghadap penuh pada pemberi aba-aba.
e)
Pada
aba-aba pelaksanaan: “MULAI”, anggota lainnya dengan serentak mengambil sikap
lari dan berlari menuju disamping kiri/belakang penjuru secara berturut-turut.
Selanjutnya penjuru memberi isyarat: “LURUSKAN”, anggota secara berturut-turut
meluruskan diri.
f)
Cara
meluruskan diri ke samping (jika bersaf) sbb: Meluruskan lengan kanan ke
samping kanan dengan tangan digenggam disentuhkan bahu kiri orang di sebelah
kanannya, punggung tangan menghadap ke atas. Kepala dipalingkan ke kanan dan
meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang-orang di sebelah kanannya.
Penjuru yang ditunjuk pada waktu berkumpul melihat ke kiri, setelah barisan
terlihat lurus maka penjuru memberikan isyarat dengan mengucapkan: “LURUS”,
lengan diturunkan serempak sambil mengembalikan pandangan ke arah depan. Bila
bersenjata, maka senjata dari pundak kiri ditegakkan secara serempak
g)
Cara
meluruskan diri ke depan (jika berbanjar) sbb: Meluruskan lengan kanannya ke
depan dengan tangan digenggam, punggung tangan menghadap ke atas dan mengambil
jarak satu lengan ditambah dua kepal dari orang yang ada di depannya serta
meluruskan diri ke depan. Setelah orang yang paling belakang/banjar kanan yang
paling belakang melihat barisannya sudah lurus maka ia memberikan isyarat
dengan mengucapkan: “LURUS”. Pada isyarat ini serentak menurunkan lengan kanan
dan kembali ke sikap sempurna.
h)
Apabila
bersenjata, maka setelah menegakkan tangan kanannya kemudian dengan serentak
tegak senjata.
Catatan: bila lebih dari 9 orang selalu
berkumpul dalam bersaf tiga atau berbanjar tiga. Kalau kurang dari 9 orang
menjadi bersaf/berbanjar satu. Meluruskan ke depan hanya digunakan dalam bentuk
berbanjar
i)
Penunjukkan
penjuru tidak berdasarkan kepangkatan.
MELATIH
MENINGGALKAN BARISAN
Apabila pelatih/komandan memberikan
perintah kepada seseorang dari barisannya, terlebih dahulu ia memanggil orang
itu keluar barisan dan memberikan perintahnya setelah orang itu dalam telah
berdiri keadaan sikap sempurna. Orang yang menerima perintah ini harus mengulangi
perintah tersebut sebelum melaksanakan perintah itu dengan semangat.
Tata cara keluar barisan:
a.
Bila
pasukan bersaf
1)
Untuk saf
depan, tidak perlu balik kanan tetapi langsung menuju ke arah yang memanggil.
2)
Untuk saf
tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui belakang saf paling belakang,
selanjutnya memilih jalan terdekat menuju arah pemanggil.
3)
Untuk orang
yang berada di ujung kanan atau kiri tanpa balik kanan langsung menuju arah
yang memanggil (termasuk saf tengah: 2,
3, …).
b.
Bila
pasukan berbanjar
1)
Untuk saf
depan, tidak perlu balik kanan tetapi langsung menuju ke arah yang memanggil.
2)
Untuk saf
dibelakang saf pertama, untuk banjar tengah setelah balik kanan kemudian
melalui belakang safnya sendiri, selanjutnya memilih jalan terdekat menuju arah
pemanggil. Untuk banjar kanan/kiri tanpa balik kanan terus memilih jalan yang
terdekat menuju arah yang memanggil.
Cara menyampaikan laporan apabila anggota pasukan dipanggil ketika sedang dalam barisan:
1)
Pelatih/komandan
memanggil seorang anggotanya yang bernama Qisthi: “Tholibah Qisthi tampil ke
depan !”. Kemudian Tholibah Qisthi menjawab dalam posisi sikap sempurna: “Siap,
tholibah Qisthi tampil ke depan”, kemudian keluar barisan dengan tatacara
keluar barisan dan menghadap 4-6 langkah
didepan pemanggil.
2)
Kemudian
mengucapkan: “Lapor, siap menghadap”. Selanjutnya menunggu perintah.
3)
Setelah
menerima perintah/petunjuk, ia mengulangi perintah tersebut.
Contoh :
“Berikan aba-aba di tempat!”
Mengulangi :
”Berikan aba-aba di tempat”.
Selanjutnya melaksanakan perintah yang diberikan
oleh pemanggil, yaitu memberikan aba-aba ditempat.
4)
Setelah
selesai melaksanakan perintah/petunjuk kemudian menghadap 4-6 langkah di depan
pemberi perintah/yang memanggil dan mengucapkan: “Memberikan aba-aba ditempat
telah dilaksanakan , laporan selesai”.
5)
Setelah
mendapat perintah: “Kembali ke tempat!”, anggota tersebut mengulangi perintah
kemudian balik kanan dan kembali ke tempat.
Bila waktu dalam barisan ada salah
seorang anggota yang akan meninggalkan barisan, terlebih dulu ia mengambil
sikap sempurna kemudian mengangkat lengan kiri ke atas dengan jari-jari terbuka
rapat.
Contoh: seorang anggota mengangkat
tangan,
Pelatih/komandan bertanya : “Ada apa?”
Anggota menjawab : “Ke belakang”
Pelatih/komandanmemutuskan: “Baik, lima menit
kembali!”
Anggota tsb mengulangi : “Lima menit kembali”
Setelah mendapat ijin, ia keluar dari
barisan, selanjutnya menuju tempat sesuai keperluannya. Bila keperluannya
selesai, maka ia menghadap pelatih/komandannya dan melapor sbb: “Lapor, ke
belakang selesai, laporan selesai”. Setelah ada perintah: “Masuk barisan!”,
maka ia mengulangi perintah: “Masuk barisan”, kemudian balik kanan dan kembali
masuk barisan pada posisinya semula.
Aba-aba: “Siap GERAK”
Pelaksanaan: badan /tubuh berdiri tegap,
kedua tumit rapat, kedua kaki membentuk sudut 45°,
lutut lurus dan paha dirapatkan. Berat badan tertumpu pada dua kaki, perut
sedikit ditarik, dada dibusungkan, pundak sedikit ditarik ke belakang, tidak
dinaikkan. Kedua lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari
tangan menggenggam rileks, rapat pada samping luar paha, punggung ibu jari
menghadap ke depan , mulut ditutup, pandangan lurus mendatar ke depan, nafas
sewajarnya.
ISTIRAHAT
Aba-aba: “Istirahat, di tempat … GERAK
Pelaksanaan: kaki kiri dipindahkan ke
samping kiri sepanjang telapak kaki (+ 30 cm). Kedua lengan dibawa ke
belakang dibawah pinggang, punggung tangan kanan diatas telapak tangan kiri.
Tangan kanan mengepal lemas, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan di
antara ibu jari dan telunjuk. Lengan rileks, badan dapat bergerak.
Catatan:
a)
Dalam
keadaan parade, yang memerlukan pemusatan pikiran dan kerapihan, istirahat
dilakukan atas aba-aba: “Parade, istirahat di tempat … GERAK!”. Pelaksanaan
sama dengan tersebut diatas, hanya saja tangan ditarik sedikit ke atas (di
pinggang), tidak boleh bergerak dan berbicara, pandangan tetap lurus ke depan.
b)
Dalam
keadaan parade atau tidak, bila akan diberikan amanat oleh seseorang (Irup)
maka istiraha dilakukan atas aba-aba: ”Untuk perhatian, istirahat di tempat …
GERAK!”. Pandangan ditujukan kepada pemberi perhatian/amanat.
c)
Jika dalam
keadaan ‘istirahat di tempat’ yang tidak didahului aba-aba petunjuk
‘parade’/’untuk perhatian’, diberikan amanat oleh seseorang: pada waktu
diucapkan kata-kata pertama dari amanat, maka pasukan secara serentak mengambil
sikap sempurna, kemudian kembali ke sikap istirahat di tempat.
PERIKSA KERAPIHAN
Aba-aba: “Periksa kerapihan … MULAI
Periksa kerapihan dimaksudkan untuk
merapihkan perlengkapan yang dipakai anggota masing-masing pada saat itu dan
pasukan dalam keadaan istirahat.
Pelaksanaan:
a.
Tanpa
senjata
1)
Pada
aba-aba peringatan, pasukan serentak mengambil sikap sempurna.
2)
Pada saat
aba-aba pelaksanaan, dengan serentak membungkukkan badan masing-masing, mulai
memeriksa/membetulkan perlengkapan masing-masing dari bawah/ujung kaki sampai
dengan tutup kepala.
3)
Setelah
yakin sudah rapih, masing-masing anggota mengambil sikap sempurna.
4)
Setelah
pelatih/komandan melihat semua anggota sudah selesai (keadaan sikap sempurna),
maka ia memberikan aba-aba: “SELESAI!”.
5)
Pasukan
dengan serentak mengambil sikap istirahat.
b.
Dengan
senjata
1)
Pada
aba-aba peringatan, pasukan serentak mengambil sikap sempurna.
2)
Pada saat
aba-aba pelaksanaan, dengan serentak membungkukkan badan, kedudukan senjata
tetap tegak dan dikempit antara lengan atas dengan badan. Masing-masing mulai
memeriksa/membetulkan perlengkapan masing-masing dari bawah/ujung kaki sampai
dengan tutup kepala. Pada saat badan mulai tegak, senjata dipegang tangan
kanan, tangan kiri melanjutkan memeriksa perlengkapan sampai tutup kepala.
3)
Setelah
yakin sudah rapih, masing-masing anggota mengambil sikap sempurna.
4)
Setelah
pelatih/komandan melihat semua anggota sudah selesai (keadaan sikap sempurna),
maka ia memberikan aba-aba: “SELESAI!”.
5)
Pasukan
dengan serentak mengambil sikap istirahat.
LENCANG KANAN/KIRI
Dilakukan hanya dalam bentuk bersaf,
aba-aba: “Lencang kanan/kiri … GERAK!”
Pelaksanaan: gerakan ini dilaksanakan
dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan semua mengangkat lengan
kanan/kiri ke samping kanan/kiri, jari-jari menggenggam disentuhkan bahu
kiri/kanan orang di sebelah kanan/kirinya, punggung tangan menghadap ke atas.
Kepala dipalingkan ke kanan/kiri dan meluruskan diri, kecuali penjuru
kanan/kiri (tetap menghadap ke depan, sikap sempurna), hingga dapat melihat
dada orang-orang di sebelah kanan/kirinya. (Acuan kelurusan adalah tumit
sepatu, bukan ujung. Pelatih/komandan dapat memberikan acuan kelurusan dari
samping barisan).
Catatan: kalau lebih dari satu saf, maka
bagi mereka yang tidak berada di saf depan, kecuali penjuru, setelah meluruskan
ke depan dengan pandangan mata, ikut pula memalingkan muka ke samping dengan
tidak mengangkat lengan. Penjuru pada saf bukan paling depan mengambil antara
ke depan dan setelah lurus menurunkan
lengan. Setelah masing-masing dirinya berdiri lurus dalam barisan, maka semua
berdiri di tempatnya dengan memalingkan muka ke arah penjuru.
Pada aba-aba: “Tegak …GERAK!”, semua
anggota menurunkan lengan dengan serempak sambil mengembalikan pandangan ke
arah depan, sikap sempurna. Bila bersenjata, maka senjata dari pundak
kiri/kanan ditegakkan secara serempak
SETENGAH LENGAN
LENCANG KANAN/KIRI
Aba-aba: “Setengah lengan, lencang
kanan/kiri … GERAK!”.
Pelaksanaan: seperti lencang kanan/kiri,
tetapi tangan kanan/kiri di pinggang dengan siku menyentuh lengan orang di
sebelah kanan/kirinya, pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang,
keempat jari lainnya rapat di sebelah depan.
LENCANG DEPAN
Hanya dalam bentuk berbanjar, aba-aba:
“Lencang depan … GERAK!”.
Pelaksanaan: penjuru tetap sikap
sempurna, orang ke-dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat
lengan. Bila lebih dari satu banjar, maka saf terdepan mengambil antara
satu/setengah lengan di samping kanan, setelah lurus menurunkan lengan serta
menegakkan kepala kembali dengan serempak. Anggota-anggota di banjar tengah dan
kiri melakukan tanpa mengangkat lengan.
CARA BERHITUNG
Aba-aba: “Hitung … MULAI!”.
Pelaksanaan: jika bersaf, maka pada
aba-aba peringatanpenjuru tetap melihat ke depan sedangkan anggota lainnya pada
saf depan memalingkan muka ke kanan. Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut
tiap anggota mulai dari penjuru kanan menyebut nomornya sambil memalingkan muka
kembali ke depan. Jika berbanjar, pada aba-aba peringatan semua tetap pada
sikap sempurna.pada aba-aba pelaksanaan tiap anggota mulai dari penjuru depan
ke belakang menyebut nomornya masing-masing. Penyebutan nomor diucapkan penuh.
PERUBAHAN ARAH
a.
Hadap
kanan/kiri
Aba-aba: “Hadap kanan/kiri … GERAK!”.
Pelaksanaan: kaki kiri/kanan diajukan melintang
didepan kaki kanan/kiri, lekuk kaki kiri/kanan beradadi ujung kaki kanan/kiri,
berat badan berpindah ke kaki kiri/kanan. Tumit kaki kanan/kiri dengan badan
diputar ke kanan/kiri 90°. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke
kaki kanan/kiri seperti posisi sikap sempurna.
b.
Hadap
serong kanan/kiri
Aba-aba: “Hadap serong kanan/kiri … GERAK!”.
Pelaksanaan: kaki kiri/kanan diajukan ke depan
sejajar kaki kanan/kiri. Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke
kanan/kiri 45°. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke
kaki kanan/kiri seperti posisi sikap sempurna.
c.
Balik kanan
Aba-aba: “Balik kanan … GERAK!”.
Pelaksanaan: kaki kiri diajukan melintang (lebih
dalam) didepan kaki kanan, berat badan berpindah ke kaki kiri. Tumit kaki kanan
dengan badan diputar ke kanan 180°. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke
kaki kanan/kiri seperti posisi sikap sempurna.
MEMBUKA/MENUTUP
BARISAN
a.
Buka
barisan, aba-aba: “Buka barisan … JALAN!”
Pelaksanaan: pada aba-aba pelaksanaan banjar
kanan dan kiri masing-masing membuat langkah ke samping kanan dan kiri satu
langkah. Banjar tengah tetap di tempat.
b.
Tutup
barisan, aba-aba: “Tutup barisan … JALAN!”.
Pelaksanaan: pada aba-aba pelaksanaan banjar
kanan dan kiri masing-masing membuat langkah ke samping kiri dan kanan satu
langkah, kembali ke posisi semula. Banjar tengah tetap di tempat.
BUBAR
Aba-aba: “Bubar …JALAN!”.
Pelaksanaan: pada aba-aba pelaksanaan
setiap anggota menyampaikan penghormatan kepada pelatih/komandan, setelah
dibalas kembali ke sikap sempurna, melakukan gerakan ‘balik kanan’ dan pada
hitungan tertentu (dalam hati) melakukan gerakan seperti langkah pertama dalam
gerakan ‘maju … jalan’, selanjutnya bubar menuju ke tempat masing-masing.
Bila pelatih/komandan menghendaki tidak
ada penghormatan, aba-aba didahului dengan aba-aba-aba petunjuk: “Tanpa
penghormatan, bubar … JALAN!”. Pasukan langsung balik kanan tanpa memberikan
penghormatan dahulu, dst.
GERAKAN
BERJALAN TANPA SENJATA
PANJANG,
TEMPO DAN MACAM LANGKAH
Langkah dapat dibedakan sebagai berikut:
|
Macam
|
Langkah
|
Panjang
|
|
Tempo
|
|
1.
|
Langkah
|
Biasa
|
65
|
cm
|
102
|
per menit
|
2.
|
Langkah
|
Tegap
|
65
|
cm
|
102
|
per menit
|
3.
|
Langkah
|
Perlahan
|
40
|
cm
|
30
|
per menit
|
4.
|
Langkah
|
Ke Samping
|
40
|
cm
|
70
|
per menit
|
5.
|
Langkah
|
Ke Belakang
|
40
|
cm
|
70
|
per menit
|
6.
|
Langkah
|
Ke Depan
|
60
|
cm
|
70
|
per menit
|
7.
|
Langkah
|
Sewaktu lari
|
80
|
cm
|
165
|
per menit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Panjang semua langkah diukur dari tumit
ke tumit, bila dalam peraturan di sebut satu langkah, maka panjangnya 65 cm.
Penyesuaian langkah untuk anak-anak
dapat dibedakan sebagai berikut:
|
Macam
|
Langkah
|
Panjang
|
|
Tempo
|
|
1.
|
Langkah
|
Biasa
|
40
|
cm
|
102
|
per menit
|
2.
|
Langkah
|
Tegap
|
40
|
cm
|
102
|
per menit
|
3.
|
Langkah
|
Perlahan
|
30
|
cm
|
30
|
per menit
|
4.
|
Langkah
|
Ke Samping
|
30
|
cm
|
70
|
per menit
|
5.
|
Langkah
|
Ke Belakang
|
30
|
cm
|
70
|
per menit
|
6.
|
Langkah
|
Ke Depan
|
40
|
cm
|
70
|
per menit
|
7.
|
Langkah
|
Sewaktu lari
|
60
|
cm
|
165
|
per menit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Panjang semua langkah diukur dari tumit
ke tumit, bila dalam peraturan di sebut satu langkah, maka panjangnya 40 cm.
MAJU JALAN
Dari sikap sempurna, aba-aba: “Maju …
JALAN!”
Pelaksanaan:
a)
Pada
aba-aba pelaksanaan, kaki kiri diajukan ke depan, lutut lurus, telapak kaki
diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi + 20 cm, kemudian
dihentakkan ke tanah dengan jarak satu langkah, dan selanjutnya berjalan dengan
langkah biasa.
b)
Langkah
pertama dilakukan dengan melenggangkan lengan kanan ke depan 90°, lengan kiri ke
belakang 30° dengan tangan menggenggam. Pada langkah-langkah selanjutnya lengan
atas dan bawah lurus dilenggangkan ke depan 45° dan ke belakang 30°. Tangan kanan
depan mengambil dua titik yang terletak dalam satu garis sebagai arah barisan.
Seluruh anggota meluruskan barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher.
Dilarang berbicara ataupun melihat ke kanan/kiri. Pada waktu melenggang, lengan
tidak kaku.
LANGKAH BIASA
Pada waktu berjalan, kepala dan badan
seperti pada sikap sempurna. Sewaktumengayunkan kaki ke depan, lutut
dibengkokkan sedikit, kaki tidak diseret, kemudian diletakkan ke tanah dengan
jarak yang telah ditentukan.
Cara melangkahkan kaki seperti pada
waktu berjalan biasa. Pertama tumit diletakkan di tanah, kemudian seluruh kaki.
Lengan dilenggangkan dengan wajar ke depan 45°
dan ke belakang 30°. Jari-jari menggenggam rileks, punggung
ibu jari menghadap ke atas.
Bila berjalan dalam pasukan supaya
menggunakan hitungan irama langkah sebagai kendali kesamaan langkah.
LANGKAH TEGAP
a.
Dari sikap
sempurna, aba-aba: “Langkah tegap, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: mulai berjalan dengan kaki kiri,
langkah pertama tidak berlebihan, telapak kaki rapat dan sejajar dengan tanah,
lutut lurus, kaki diangkat tidak terlalu tinggi. Bersamaan dengan langkah
pertama, tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke samping luar, ibu
jari tangan menghadap ke atas. Lenggang lengan ke depan 90° dan ke belakang 30°.
b.
Dari
langkah biasa, aba-aba: “Langkah tegap … JALAN!” (tidak ada kata-kata ‘maju”).
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan pada
waktu kaki kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah kemudian mulai berjalan
langkah tegap.
c.
Ketika
sedang berjalan ‘langkah tegap’ kembali ke langkah biasa.
Aba-aba:
“Langkah biasa … JALAN!” (tidak ada kata-kata ‘maju”).
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan
sewaktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, langkah pertama
dihentakkan dan mulai berjalan dengan langkah biasa.
LANGKAH PERLAHAN
Digunakan untuk
berkabung, mengantar jenazah dalam upacara kemiliteran.
Aba-aba: “Langkah
perlahan, maju … JALAN!”
Pelaksanaan:
gerakan dilakukan dengan sikap sempurna. Pada aba-aba ‘JALAN”, kaki kiri
dilangkahkan ke depan, setelah menapak segera disusul dengan kaki kanan ditarik
ke depan dan ditahan sebentar di sebelah mata kaki kiri, selanjutnya ditapakkan
di sebelah depan kaki kiri. Selanjutnya melakukan gerakan-gerakan seperti
semula.
Catatan:
a) Dalam
keadaan berjalan, aba-aba: “Langkah perlahan … JALAN!”, diberikan sewaktu kaki
kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah dan kemudian mulai berjalan
dengan langkah perlahan.
b) Telapak
kaki saat melangkah/menginjak tanah tidak dihentakkan, supaya lebih khidmat.
Untuk berhenti
dari langkah perlahan. Aba-aba: “Henti …GERAK!” diberikan saat kaki kiri/kanan
jatuh di tanah lalu ditambah satu langkah. Selanjutnya kaki kiri/kanan
dirapatkan pada kaki kanan/kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap
sempurna.
LANGKAH KE SAMPING
Aba-aba: “1/2/3/4
Langkah ke kanan/kiri … JALAN!”
Pelaksanaan: pada
aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri dilenggangkan ke samping kanan/kiri
sepanjang + 40 cm. Selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan pada kaki
kanan/kiri. Sikap tetap pada sikap sempurna, maksimal dilakukan empat langkah.
LANGKAH KE BELAKANG
Aba-aba: “1/2/3/4
Langkah ke belakang … JALAN!”
Pelaksanaan: pada
aba-aba pelaksanaan, mulai kaki kiri dilangkahkan ke belakang sepanjang +
40 cm, dilanjutkan dengan kaki kanan sesuai jumlah yang diperintahkan.
Lengan tidak dilenggangkan, sikap badan tetap seperti sikap sempurna, maksimal
dilakukan empat langkah.
LANGKAH KE DEPAN
Aba-aba: “1/2/3/4
Langkah ke depan … JALAN!”
Pelaksanaan: pada
aba-aba pelaksanaan, mulai kaki kiri dilangkahkan ke depan sepanjang +
60 cm, dilanjutkan dengan kaki kanan sesuai jumlah yang diperintahkan.
Gerakan kaki seperti pada ‘langkah tegap’ dan dihentakkan terus, lengan tidak
dilenggangkan, sikap badan tetap seperti sikap sempurna, maksimal dilakukan
empat langkah.
LANGKAH SEWAKTU LARI
a.
Dari sikap sempurna, aba-aba: “Lari,
maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: pada aba-aba peringatan, kedua
tangan dikepalkan lemas dan diletakkan di pinggang sebelah depan dengan
punggung tangan menghadap ke luar, kedua siku sedikit ke belakang, badan agak
dicondongkan ke depan. Pada aba-aba pelaksanaan, dimulai lari dengan
menghentakkan kaki kiri satu langkah dan selanjutnya lari dengan panjang
langkah 80 cm, tempo 165 langkah/menit. Kaki diangkat secukupnya, telapak kaki
diletakkan mengenai tanah pada ujungnya terlebih dahulu, lengan dilenggangkan
lemas.
b.
Dari langkah biasa, aba-aba: “Lari …
JALAN!”.
Pada aba-aba peringatan, gerakan sama
dengan poin a, aba-aba pelaksanaan diberikan saat kaki kiri/kanan jatuh ke
tanah, kemudian ditambah satu langkah, dst.
c.
Kembali ke langkah biasa, aba-aba:
“Langkah biasa … JALAN!”.
Aba-aba pelaksanaan diberikan saat kaki
kiri jatuh di tanah ditambah tiga langkah, kemudian berjalandengan langkah
biasa dimulai dengan kaki kiri yang dihentakkan disertai dengan lenggangan
tangan.
d.
Untuk berhenti dari keadaan berlari,
aba-aba: “Henti … GERAK!”.
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada
waktukaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah tiga langkah. Selanjutnya kaki
dirapatkan, tangan diturunkan, sikap sempurna.
LANGKAH MERDEKA
Biasanya dlakukan
untuk menempuh jalan jauh, di luar kota atau lapangan yang tidak rata. Atas
pertimbangan pelatih/komandan pasukan boleh melakukan hal-hal yang terlarang
apabila dilakukan pada langkah yang lain seperti berbicara, bernyanyi, membuka
topi, menghapus keringat, dll. Tetapi tetap dalam barisan.
a.
Dari langkah biasa, aba-aba:
“Langkah merdeka … JALAN!”.
Pelaksanaan: anggota berjalan bebas tanpa
terikat ketentuan macam, panjang dan tempo langkah.
b.
Untuk kembali ke langkah biasa,
terlebih dahulu harus diberikan aba-aba petunjuk: “Samakan langkah!”. Setelah
langkah barisan sama, aba-aba peringatan dan pelaksanaan dapat diberikan:
“Langkah biasa … JALAN!”. Aba-aba pelaksanaan diberika saat kaki kiri/kanan
jatuh di tanah ditambah satu langkah kemudian mulai berjalan dengan ‘langkah biasa’
dan langkah pertama yang dihentakkan.
GANTI LANGKAH
Aba-aba: “Ganti
langkah … JALAN!”.
Pelaksanaan:
gerakan dapat dilakukan pada waktu langkah biasa ataupun tegap. Aba-aba
pelaksanaan diberikan saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah.
Kemudian ujung kaki kanan/kiri yang di belakang dirapatkan pada tumit kaki
sebelahnya. Bersamaan dengan itu lenggang tangan dihentikan tanpa dirapatkan
pada badan, untuk selanjutnya menyesuaikan dengan langkah baru yang disamakan.
Langkah pertama tetap sepanjang satu langkah. Kedua gerakan ini dilakukan dalam
satu hitungan .
JALAN DI TEMPAT
a.
Dari sikap sempurna, aba-aba: “Jalan
di tempat … GERAK!”.
Pelaksanaan: gerakan dimulai dengan dari
kaki kiri, lutut diangkat bergantian, paha rata-rata air (horizontal), ujung
kaki menuju ke bawah dengan tempo sepert tempo pada ‘langkah biasa’. Badan
tegak, pandangan mata ke depan, lengan tetap lurus di samping badan/tidak
dilenggangkan.
b.
Dari langkah biasa, aba-aba: ““Jalan
di tempat … GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan
saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, selanjutnya dimulai
dengan kai kanan berjalan di tempat, dst.
c.
Dari jalan di tempat ke langkah
biasa, aba-aba: “Maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan
saat kaki kiri jatu di tanah, kemudian ditambah satu langkah di tempat dan mulai berjalandengan
menghentakkan kaki kiri satu lengkah ke depan dan dilanjutkan dengan ‘langkah
biasa’.
d.
Dari jalan di tempat ke berhenti,
aba-aba: “Henti … GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan
saat kaki kaki kiri/kanan jatuh di tanah
lalu ditambah satu langkah, selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan pada
kaki kanan/kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna.
BERHENTI
Aba-aba: “Henti …
GERAK!”.
Pelaksanaan:
aba-aba pelaksanaan diberikan saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah. Stselah
ditambah satu langkah selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan, kemudian
mengambil sikap sempurna.
PERUBAHAN ARAH DARI BERHENTI KE BERJALAN
a.
Ke hadap kanan/kiri maju jalan, aba-aba:
“Hadap kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: membuat gerakan hadap
kanan/kiri, pada hitungan ke tiga kaki kiri/kanan tidak dirapatkan, tetapi
dilangkahkan seperti gerakan ‘maju jalan’.
b.
Ke hadap serong kanan/kiri maju
jalan, aba-aba: “Hadap serong kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: hadap serong kanan/kiri, dst
seperti poin a.
c.
Ke balik kanan maju jalan, aba-aba:
“Balik kanan, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: balik kanan, dst seperti poin
a.
d.
Ke belok kanan/kiri maju jalan,
aba-aba: “Belok kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: penjuru mengubah arah 90° ke kanan/kiri dan mulai berjalan ke arah
tertentu. Anggota-anggota lain mengikuti gerakan ini setibanya di tempat
penjuru berbelok.
Catatan: aba-aba
lain: “Dua kali belok kanan/kiri, maju … JALAN!”, atau “Tiap-tiap banjar, dua
kali belok kanan/kiri maju … JALAN!”.
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERJALAN
a.
Ke hadap kanan/kiri maju jalan,
aba-aba: “Hadap kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat
kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, membuat gerakan hadap
kanan/kiri, pada hitungan ke tiga kaki kiri/kanan tidak dirapatkan, tetapi
dilangkahkan seperti gerakan ‘maju jalan’.
b. Ke
hadap serong kanan/kiri maju jalan, aba-aba: “Hadap serong kanan/kiri, maju …
JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat
kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, hadap serong kanan/kiri,
dst seperti poin a.
c.
Ke balik kanan maju jalan, aba-aba:
“Balik kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat
kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu/dua langkah, balik kanan/kiri, dst
seperti poin a.
d. Ke
belok kanan/kiri maju jalan, aba-aba: “Belok kanan/kiri … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat
kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, penjuru mengubah arah 90° ke kanan/kiri dan mulai berjalan ke arah
tertentu. Anggota-anggota lain mengikuti gerakan ini setibanya di tempat
penjuru berbelok.
Catatan: untuk
membelokkan pasukan di tempat/ruang/lapangan yang sempit, maka dilakukan
gerakan dengan:
a.
Aba-aba: “Dua kali belok kanan/kiri,
maju … JALAN!”.
Pelaksanaan seperti tersebut di atas,
selanjutnya setelah dua langkah berjalan kemudian melakukan gerakan belok
kanan/kiri lagi.
b.
Aba-aba: “Tiap-tiap banjar, dua kali
belok kanan/kiri maju … JALAN!”.
Pelaksanaan seperti tersebut di atas,
tetapi tiap-tiap banjar membuat langsung dua kali belok kanan/kiri pada tempat
dimana aba-aba pelaksanaan diberikan..
PERUBAHAN ARAH
DARI BERJALAN KE BERHENTI
a.
Ke hadap kanan/kiri berhenti,
aba-aba: “Hadap kanan/kiri, henti …GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat
kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, membuat gerakan hadap
kanan/kiri, pada hitungan ke tiga kaki kiri/kanan dirapatkan, sikap sempurna.
b. Ke hadap
serong kanan/kiri berhenti, aba-aba: “Hadap serong kanan/kiri, henti…GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat
kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, hadap serong kanan/kiri.
c.
Ke balik kanan/kiri berhenti,
aba-aba: “Balik kanan/kiri, henti…GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat
kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu/dua langkah, balik kanan/kiri.
PERUBAHAN ARAH
PADA WAKTU BERLARI
Perubahan arah
pada waktu berjalan dapat dilakukan juga oleh pasukan dalam keadaan berlari
dengan ketentuan penambahan langkah tidak hanya satu langkah, tetapi tiga
langkah.
HALUAN KANAN/KIRI
Gerakan ini hanya
dilakukan jika pasukan dalam keadaan bersaf.
a.
Berhenti ke berhenti, aba-aba:
“Haluan kanan/kiri … JALAN!”.
Pelaksanaan: setelah aba-aba pelaksanaan,
penjuru kanan/kiri berjalan di tempat dengan memutar arah secara perlahan-lahan
hingga berubah arah 90°.
Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai ‘maju jalan’ dengan rapi dan tidak
melenggang sambil meluruskan safnya hingga berubah arah 90°, kemudian berjalan di tempat. Setelah
penjuru kanan/kiri melihat safnya lurus kemudian memberi isyarat: “LURUS!”,
kemudian pelatih/komandan memberi aba-aba: “Henti … GERAK!”, yang diucapkan
pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah,
seluruh pasukan berhenti.
b.
Berhenti ke berjalan, aba-aba:
“Haluan kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan seperti poin a., hanya saja
setelah ada isyarat: “LURUS” dari penjuru, pelatih/komandan melanjutkan dengan
aba-aba: “Maju … JALAN!”. Pasukan ‘maju jalan’ dengan gerakan ‘langkah biasa’.
c.
Berjalan ke berhenti, , aba-aba:
“Haluan kanan/kiri … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh pada
kaki kanan/kiri ditambah satu langkah, kemudian dilanjutkan dengan gerakan
seperti poin a.
d.
Berjalan ke berjalan, , aba-aba:
“Haluan kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh pada
kaki kanan/kiri ditambah satu langkah, kemudian dilanjutkan dengan gerakan
seperti poin b.
MELINTANG
KANAN/KIRI
Gerakan ini hanya
dilakukan jika pasukan dalam bentuk berbanjar, untuk mengubah bentuk pasukan
menjadi bersaf.
a.
Berhenti ke berhenti, aba-aba:
“Melintang kanan/kiri … JALAN!”.
Pelaksanaan: setelah aba-aba pelaksanaan,
melakukan gerakan hadap kanan/kiri, kemudian pasukan membuat gerakan haluan
kiri/kanan. Penjuru kiri/kanan berjalan di tempat dengan memutar arah secara
perlahan-lahan hingga berubah arah 90°.
Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai ‘maju jalan’ dengan rapi dan tidak
melenggang sambil meluruskan safnya hingga berubah arah 90°, kemudian berjalan di tempat. Setelah
penjuru kiri/kanan melihat safnya lurus kemudian memberi isyarat: “LURUS!”,
kemudian pelatih/komandan memberi aba-aba: “Henti … GERAK!”, yang diucapkan
pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah, seluruh
pasukan berhenti.
b.
Berhenti ke berjalan, aba-aba:
“Melintang kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan seperti poin a., hanya saja
setelah ada isyarat: “LURUS” dari penjuru, pelatih/komandan melanjutkan dengan
aba-aba: “Maju … JALAN!”. Pasukan ‘maju jalan’ dengan gerakan ‘langkah biasa’.
c.
Berjalan ke berjalan, , aba-aba:
“Melintang kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh pada
kaki kanan/kiri ditambah satu langkah, kemudian dilanjutkan dengan gerakan
seperti poin b.